Infaq - Shadaqoh

A. Infaq
Infaq adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutup kebutuhan orang lain, baik berupa minuman, makanan dan sebagainya; berderma atau memberikan sebagian dari rizki (karunia) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas karena Allah dan berharap ridho dan berkah-Nya. Kata infaq hanya ditemukan satu kali, yaitu terdapat dalam surat Al Isra; 17:100, sedangkan kata jadian yang seakar dengan kata tersebut, seperti anfaqa, yunfiqa, yunfiqu dan nafaqatan disebut sekitar 73 kali. Urgensi infaq dan pemberian lainnya :
“Orang yang berinfaq pasti memperoleh pahala 700 kali lipat dan bisa berlipat-lipat lagi”.
(Q.S. Al Baqarah, 2;261).
Perumpamaan infaq dan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menginfaqkan hartanya sesuai peraturan dan di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir yang tumbuh menjadi tujuh butir, yang pada tiap-tiap bulir tumbuh seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Bijaksana. Infaq seperti mengutangkan sesuatu kepada Allah, yang akan dibayar oleh Allah dengan bayaran yang berlipat ganda.
Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, yaitu pinjaman yang baik dengan menginfaqkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipatgandakan bayarannya kepadanya dengan sangat berlipat ganda. Dan Allah menyempitkan dan melipatgandakan rizki dan kepada-Nya kamu dikembalikan (Q.S. Al Baqarah, 2:245). Senada dengan ayat tersebut adalah surat Al Hadid, 57:11.
Siapakah yang mau memberi suatu pinjaman yang baik kepada Allah, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh ganjaran yang mulia.
Infaq yang diberikan secara sembunyi-sembunyi atau secara terbuka bagaikan bisnis yang tak pernah rugi dan akan mengembangkan rizki yang ada.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu mentadabburi kitab Allah dan mendirikan shalat serta menginfaqkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu sebetulnya mengharapkan keuntungan dari niaganya yang tidak akan pernah merugi. Agar Allah menyempurnakan pahala buat mereka dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
(Q.S. Fathir, 3:29-30).

Setiap infaq akan disempurnakan pahalanya dan tidak akan dikurangi sedikit pun.
… dan apa saja harta yang baik yang kamu infaqkan di jalan Allah, maka keberkahannya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu berinfaq apa saja melainkan dengan hanya mengharap ridha Allah SWT. Dan harta apa saja yang baik yang kamu infaqkan, niscaya kamu akan mendapat pahala dengan sangat cukup, sementara kamu tidak akan dianiaya. (Q.S. Al Baqarah, 2:272).
Infaq dan sedekah merupakan pembersih harta dan jiwa pemberinya. Hal ini Allah jelaskan dalam firman-Nya pada surat At Taubah, 9:103.
Ambillah zakat, sedekah dari sebahagian harta mereka, karena dengan zakat, shadaqoh, itu kamu membersihkan atau mensucikan mereka. Dan do’akanlah mereka, sesungguhnya do’a kamu itu menjadi salah satu penyejuk hati dan jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Orang yang berinfaq akan mendapat pahala besar.
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan berikanlah infaq kamu dari sebagian hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan memberikan infaq dari sebagian hartanya, mereka pasti memperoleh pahala besar. (Q.S. Al hadid, 57:7). Infaq untuk kebaikan diri pemberi, orang yang tidak kikir akan memperoleh kebahagiaan, selain balasan pahala yang besar.
Sesungguhnya harta dan anak keturunanmu hanyalah cobaan bagimu, sementara di sisi Allah pahala yang besar. Maka realitaskanlah taqwamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atilah, infaqkanlah sesuatu yang baik untuk dirimu. Barangsiapa yang dijauhkan dari kekikirannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu memberi pinjaman yang baik kepada Allah, pastilah Allah melipatgandakan balasan-Nya kepadamu serta mengampunimu. Dan Allah Maha Pembalsa Jasa lagi Maha Penyantun (Q.S. At Taghabun, 64:15-17).
Pelaksanaan infaq tidak boleh ditunda-tunda, hendaknya segera dilakukan sebelum datang ajal kematian.
Dan infaqkanlah sebagian rizki yang Kami berikan kepadamu, sebelum salah seorang kamu mati,. Lalu ia berkata: “Wahai Allah Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan sesaat saja kematianku, sehingga aku bisa bersedekah/berinfaq dulu dan aku menjadi orang yang shalih. Padahal Allah sekali-kali tidak akan menagguhkan kematian seseorang jika datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui perilaku kamu (Q.S. Al Munafiqun, 63:10-11).
Orang yang kikir akan memperoleh kejelekan bagi dirinya dan di akhirat hartanya menjadi adzab yang pedih.
Sekali-kali janganlah orang-orang bakhil dengan harta yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya berperasangka, bahwa kebakhilan itu baik untuk mereka. Padahal kebakhilan itu buruk bagi mereka. Di hari qiamat nanti, Allah akan mengalungkan di leher mereka harta yang mereka bakhilkan itu. Padahal kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa saja yang kamu perbuat. (Q.S. Ali Imran, 3:180).

Kekikiran akan mengakibatkan kesulitan.
Adapun mereka yang bakhil dan merasa dirinya berkecukupan, serta mendustakan kebenaran dan kebaikan. Kelak Kami pasti akan menyiapkan jalan yang sukar baginya. (Q.S. Al lail, 92:8-11).
Seseorang tidak akan sampai kepada kebaikan sebelum ia memberikan harta yang masih dicintainya.
Sekali-kali kamu belum termasuk dalam kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menginfaqkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu berikan dengan infaqmu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (Q.S. Ali Imran, 3;92).
Infaq tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh kikir.
Dan orang-orang yang apabila berinfaq, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak bakhil (kikir). Infaq yang mereka keluarkan, proporsional (pantas dan patut) saja. (Q.S. Al Furqan, 25:67).
Infaq dan Shodaqoh menjadi penghapus sejumlah dosa. (H.R. Bukhari).
Infaq dan sedekah dapat menolak bala dan derita (H. R. Bukhari).
Orang yang infaq selalu dido’akan oleh sejumlah malaikat, agar rizki dan kekayaannya bertambah terus. Sedang orang yang kikir selalu dido’akan oleh sejumlah malaikat agar rizkinya dipersulit (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kata-kata infaq di atas, banyak yang sema’na dengan shodaqoh dan zakat dan kata-kata shodaqoh juga banyak yang bermakna zakat.

B. Sedekah
Sedekah adalah pemberian dari seorang Muslim secara sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu (haul dan nisab) sebagai suatu pemberian yang dilakukan seseorang sebagai kebajikan dengan mengharap ridha Allah SWT semata.
Sejumlah amal kebajikan sering juga disebut sebagai sedekah seperti mewujudkan kebersihan, melangkahkan kaki ke mesjid, menyenangkan orang lain, bersikap santun, berdzikir dan lain-lain.
Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah, 2:280:
Dan jika orang yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia memiliki kelapangan dan kemampuan. Dan menyedekahkan sebagiaan atau seluruh piutangnya itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul tahu.
Dalam beberapa riwayat, seperti riwayat Ibnul Mubarak, Rasulullah SAW, bersabda :
Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup kelaparan dan dapat menghapuskan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api.
Riwayat yang berikutnya :
Tujuh kelompok yang akan selalu mendapat perlindungan Allah khususnya pada hari yang tiada lagi perlindungan kecuali perlindungan Allah, salah satunya adalah orang-orang yang bersedekah dengan satu bentuk sedekah yang tangan kirinya sampai-sampai tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya. (hadits Mutafaq’alaih dari Abu hurairah, yang bersumber dari Nabi SAW).
“Setiap Muslim dianjurkan bersedekah, sahabat bertanya: “Wahai Nabi, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki sesuatu untuk bersedekah?” Rasulullah SAW menjawab: “hendaklah ia berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh keuntungan bagi dirinya dan ia dapat bersedekah dengan keuntungannya itu”. Sahabat bertanya lagi, “bagaimana jika mereka tidak mendapatkannya juga?” jawab Rasulullah SAW, “hendaklah ia menolong orang yang tersedak kebutuhan dan mengharapkan bantuannya.”
Jika hal itu tidak mampu juga ia laksanakan, Rasul SAW menjelaskan: “hendaklah ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, karena hal itu merupakan bagian dari sedekahnya.”. (H.R. Ahmad).
Dalam Riwayat lain Rasulullah SAW, bersabda :
Setiap diri diperintahkan bersedekah tiap hari. Sedekah itu banyak bentuknya. Mendamaikan dua orang yang bersengketa dengan cara adil adalah sedekah; menolong seseorang untuk menaiki binatang tunggangannya adalah sedekah; mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah; menyingkirkan halang rintangan dari jalan adalah sedekah; dan setiap langkah yang diluangkan seseorang untuk mengerjakan shalat adalah sedekah (H.R. Ahmad).
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim dari Abu Dzarr al-Ghiffari, Rasulullah SAW bersabda :
Pada setiap hari diwajibkan seseorang melakukan sedekah minimal untuk dirinya sendiri. Abu Dzarr kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW, “di mana saya memperoleh yang akan aku sedekahkan, padahal saya tidak memiliki harta?” Beliau menjawab: diantara pintu-pintu sedekah itu ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, tahlil dan istigfar. Demikian halnya dengan amar ma’ruf nahyi munkar (menyuruh orang berbuat baik dan mencegah berbuat munkar), membuang duri, tulang dan bebatuan dari jalan, membimbing orang buta, membisiki orang tuli dan mengisyarati orang bisu hingga ia mengerti, menunjuki orang yang menanyakan sesuatu yang diperlukannya, membantu orang yang malang dengan kekuatan fisiknya dan membantu mengangkat barang milik yang lemah”.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa senyum adalah bagian dari sedekah (H.R. Baihaqi).
Dalam riwayat Ibnu Hibban dan Hakim dari ‘Uqbah, katanya dia mendengar Rasulullah bersabda: “setiap orang bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumul hisab”.
Hakim bin Khizam menyampaikan, katanya Nabi SAW bersabda :
“tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tetapi mulailah dari orang-orang yang engkau tanggung. Dan sebaik-baik sedekah itu adalah selebih dari keperluan. Barangsiapa menjaga kehormatannya niscaya Allah akan memberikan bukan hanya sekedar cukup untuknya (Hadits muttafaq ‘alaih dengan mengutip lafazh riwayat Bukhari).

C. Perbedaan Sedekah dan Zakat.
1. Dari segi subyek (yang mengeluarkan sedekah).
Sedekah diperintahkan kepada setiap orang yang beriman, baik miskin apalagi orang kaya, kuat atau pun lemah, sebagai matan (bunyi) hadits di atas. Sedangkan zakat diwajibkan kepada orang-orang kaya yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana muzzakki (wajib zakat).
Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim :
Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat kepada mereka, yaitu dari harta benda yang mereka miliki, yang diambil dari orang-orang kaya serta diberikan kepada orang-orang fakir (miskin) di antara mereka.
2. Dari segi barang yang disedekahkan
Sedekah yang diberikan tidak hanya terbatas pada harta secara lahiriah (fisik) semata, melainkan mencakup semua kebaikan. Sedangkan zakat yang dikeluarkan terbatas pada harta kekayaan dalam bentuk lahiriah, seperti hasil pertanian, perniagaan, profesi dan upah jasa, perhiasan dan lain-lain.
3. Dari segi penerima (objeknya)
Zakat hanya boleh diperuntukkan bagi orang-orang yang telah ditentukan Allah SWT dalam Al Qur’an, yaitu delapan ashnaf (golongan); fakir miskin, amillin, muallaf yang hatinya perlu dilunakkan demi kematapannya memeluk Islam, hamba sahaya yang perlu dimerdekakan, orang-orang yang berutang (gharimin), orang yang berjuang di jalan Allah (sabilillah) dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil). (Q.S. At Taubah, 9:60).
Adapun sedekah, selain kepada yang delapan ashnaf tersebut, boleh juga diberikan kepada pihak lain seperti isteri, anak, orang tua, pelayan dan lain-lain. Hal ini dijelaskan dalam al-Hadits :
Rasulullah SAW bersabda: “bersedekahlah kamu” seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “wahai Baginda saya mempunyai uang satu dinar” Rasul bersabda: ”bersedekahlah untuk dirimu sendiri”. Laki-laki itu berkata lagi” Wahai baginda Rasul, ada satu dinar lagi.” Rasulullah SAW kemudian bersabda lagi. “sedekahkanlah untuk anak-anakmu”. Laki-laki itu berkata lagi, “masih ada satu dinar lagi, wahai baginda Rasul” Beliau menjawab, “sedekahkanlah huat pelayanmu” ia berkata lagi, “masih ada satu dinar lagi, wahai Rasul”. Beliau bersabda, “terserah kamu, karena engkau lebih tahu ke mana kamu keluarkan sedekahmu yang lebih baik”. (H.R. Abu Daud, Nasa’I dan Hakim).
Hal-hal yang menyebabkan nilai sedekah jati tidak bermakna :
• Al-mann (menyebut-nyebut). Seseorang bersedekah kemudian dia mengingat-ingat dan menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain sehingga orang banyak mengetahuinya.
• Al-adzaa (menyakiti). Seseorang yang bersedekah dan dengan sedekah itu dia menyakiti hati orang yang menerimanya baik dengan ucapannya maupun dengan perbuatannya.
• Ria (memperlihatkan dan ingin mendapat pujian). Seseorang yang dengan sedekahnya ia ingin dipuji.
Ketiga hal tersebut dapat merusak nilai sedekah seseorang. Sedikt pun dia tidak mendapatkan pahala dari Allah. Hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah, 2:264.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaan orang semacam itu bagaikan batu licin ditimpa hujan lebat, lalu bersihlah batu tersebut (tidak berdebu-bertanah). Mereka tidak mengausai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Janji Allah SWT bagi orang yang bersedekah dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti perasaan yang diberinya. Firman-Nya: Orang-orang yang menafkahkan hatanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang diberikannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Allah, Tuhan mereka. (Q.S. Al Baqarah, 2:262).
Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah senilai dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki….
(Q.S. Al Baqarah, 2:261).
Dari uraian tentang infaq, sedekah dan zakat dapat disimpulakan bahwa sedekah lebih bersifat umum dari pada infaq dan infaq lebih bersifat umum daripada zakat. Kata-kata sedekah bias berarti infaq dan zakat. Kata-kata infaq bisa berarti zakat dan sedekah.(di sadur dari http://www.rumah-yatim.org/print/?/192/infaq--shadaqoh/) oleh www.aguskeisya.blogspot.com)

Comments :

0 komentar to “Infaq - Shadaqoh”

Post a Comment